Sabtu, Juli 30, 2011

dbl-all star 2011 menuju amerika


nblindonesia.com - 29/07/2011
DBL All-Star 2011 Menuju Amerika
Duo Jabar Raih MVP
Kompetisi Honda Development Basketball League (DBL) 2011 bisa diibaratkan American Idolnya basket pelajar Indonesia. Melalui proses panjang dan saringan yang sangat ketat, akhirnya terpilih 24 pemain (12 putra, 12 putri) yang berhak masuk DBL Indonesia All-Star.
Penentuan pemain yang berhak belajar dan bertanding di Seattle, Amerika Serikat (AS), tersebut ditentukan pada hari terakhir DBL Camp 2011 kemarin (28/7). Ini sekaligus menjadi puncak perjalanan panjang liga basket pelajar terbesar di Indonesia ini sepanjang tahun.
Pengumuman 24 pemain DBL Indonesia All-Star dilakukan pada acara farewell party di Atrium DBL Arena semalam. Melalui proses panjang, mereka bisa dikatakan sebagai yang terbaik. Sebab, kompetisi DBL tahun ini diikuti lebih dari 27 ribu pemain SMA dari 23 kota dan 20 provinsi di Indonesia. Lantas, lebih dari 200 pemain terbaik terpilih masuk DBL Camp 2011 selama lima hari mulai 24 Juli hingga kemarin (28/7).
Dalam camp terbesar sepanjang sejarah basket Indonesia itu, tim pelatih NBL Australia terus melakukan seleksi ketat. Dari 200 orang menjadi 100, lalu dipangkas menjadi 49, dan terakhir 24 pemain terpilih menjadi anggota DBL All-Star 2011.
Melalui proses panjang dan seleksi ketat, duo campers asal Jawa Barat (Jabar) akhirnya dinobatkan sebagai Most Valuable Player (MVP). Mereka adalah Jan Misael Panagan dari SMAN 9 Bandung dan Felicia Clarissa asal SMA St. Aloysius Bandung.
Pemilihan kedua pemain itu tergolong spesial. Sebab, tim pelatih NBL Australia yang dibantu jajaran pelatih NBL Indonesia dan perwakilan PT DBL Indonesia sampai harus melakukan rapat hampir satu jam untuk menentukan tim All-Star dan MVP.
Koordinator pelatih NBL Australia Mick Downer mengatakan sangat puas dengan pemilihan tersebut. Bagi dia, inilah pemain terbaik dari lebih 200 campers yang berpartisipasi.
Di sisi lain, asisten pelatih tim NBL Australia Cairns Taipans juga lega. Sebab, memilih tim DBL All-Star bukan perkara gampang. ’’Tentu, ini sangat berat. Kami harus mempertimbangkan banyak faktor. Mulai fisik, kemampuan individu, hingga bagaimana pemain yang bersangkutan bisa masuk pola tim. Tetapi, saya puas pada hasil akhir camp ini,’’ ucapnya.
Jan Misael Panagan mengaku sangat gembira bisa ditetapkan menjadi MVP putra. Bagi dia, gelar MVP bukan merupakan tujuan utama. Bahkan, masuk DBL All-Star pun bukan target penting bagi Jan Misael.
”Ini hanya bonus. Terpenting di DBL Camp ini saya bisa menambah ilmu basket saya. Pelatih dari Australia sudah memberikan banyak hal,” kata pemain yang juga mengantarkan tim DBL Indonesia Selection meraih gelar internasional di Malaysia 2010 tersebut.
Di sisi lain, MVP putri Felicia Clarissa mengaku sangat terkejut dengan gelar tersebut. Bagi dia, ini adalah surprise yang sangat manis. Namun, Felicia tidak mau berhenti. Di Seattle mendatang, dia bertekad menyuguhkan kemampuan terbaik bagi timnya.
’’Saya akan bekerja keras. Memperbaiki kemampuan akurasi shooting, visi bermain, dan sebagainya. Saya memang pernah ke Amerika sebelumnya. Tetapi, ini berbeda. Sangat berkesan. Saya ingin mendapat pengalaman sebanyak-banyaknya,’’ ujar Felicia.
Sementara itu, anggota tim DBL Indonesia All-Star sangat bervariasi. Pada kategori putri, provinsi Bali dan Bandung menyumbangkan paling banyak pemain. Masing-masing empat dan tiga pemain. Sisanya dibagi rata, yakni dari Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten.
Anggota DBL All-Star putra lebih variatif. Meski begitu, Jabar tetap mendominasi dengan empat pemain. Di susul Jatim dan Jateng masing-masing dua pemain. Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, dan Papua masing-masing mewakilkan satu orang.
Azrul Ananda, commissioner DBL, menjelaskan, DBL Camp tahun ini lebih kompetitif daripada tahun sebelumnya. Melihat jajaran pemain DBL All-Star, Azrul mengatakan, Jabar memang paling konsisten. Sejak 2009, kalau bukan menjadi MVP, selalu ada pemain hebat dari Jabar.
’’Jawa Barat tetap jadi benchmark bagi bola bakset Indonesia. Namun, tahun ini kualitasnya lebih rata. Tahun lalu ada yang lebih menonjol dan pasti terpilih. Tetapi, sekarang lebih berat untuk memilih dua belas yang pergi ke Amerika Serikat. Semoga yang kita hasilkan ini adalah yang betul-betul layak,’’ kata Azrul.
Menurut Azrul, tahun ini sistem pemilihannya jauh lebih baik. Sebab, pada akhir setiap sesi, para pelatih selalu meeting. Dan, meetingnya tidak pernah pendek.
Waktunya bisa satu setengah jam, satu jam, dan minimal 45 menit. Jadi, tim pelatih selalu punya rapor performa setiap pemain pada tiap akhir sesi. ’’Ini yang terbaik dari yang bisa kita dapatkan dari seluruh kompetisi. Ingat, ini dipilih dari 27 ribu pemain di Honda DBL 2011. Polanya seperti American Idol. Dari 27 ribu ke 200-an, lalu 100 pemain, ke 49 pemain, dan akhirnya terpilih 24 pemain. Ini merupakan hasil perjalanan panjang. Kalau hasil proses panjang, saya yakin hasilnya akan baik,’’ tandasnya.
Akhir Oktober hingga awal November mendatang, tim DBL All-Star akan terbang di Seattle, Amerika Serikat. Mereka berlatih dan bertanding di negara asal bola basket tersebut. Tim DBL All-Star akan didampingi empat pelatih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN KOMENTAR?